Senin, 11 Maret 2013

Liga Inggris: Liverpool 3-2 Tottenham

Mengapitalisasi Momen dan Faktor Downing

Pandit Football Indonesia - detikSport
Senin, 11/03/2013 12:03 WIB
thumbnail REUTERS/Phil Noble
Liverpool tidak bermain lebih baik dibandingkan Tottenham Hotspur. Akan tetapi, kemampuan mengapitalisasi momen, plus kecerdikan Stewart Downing, membuat mereka meraih kemenangan.

Demikian hasil duel kedua tim di Anfield dalam lanjutan Liga Inggris pekan ke-29, Minggu (10/3/2012). Kemenangan 3-2 membuat Liverpool naik ke urutan enam di klasemen sementara, memangkas jaraknya menjadi tujuh pon dari zona Liga Champions.

Laga ini diwarnai persaingan Luis Suarez dan Gareth Bale yang performanya sama-sama sedang menanjak. Keduanya pun digadang-gadang sebagai kandidat pemain terbaik musim ini di Liga Inggris. Selain itu, pertandingan ini seakan menunjukkan bagaimana Brendan Rodgers maupun Andre Villas-Boas telah mengubah gaya permainan Liverpool dan Spurs.

Untuk Liverpool sendiri, baik cara bermain maupun pemilihan pemain yang dilakukan Rodgers di pertandingan ini ini seakan menunjukkan suatu perubahan era. Saat Gerard Houllier, Rafa Benitez, maupun Roy Hodgson melatih, mereka akan lebih memilih struktur yang kaku untuk menetralisir lawan. Bahkan Kenny Dalglish yang terkenal dengan sepak bola menyerang bergaya pass and move pun mengubah filosofi bermainnya jadi lebih pragmatis saat tidak mendapatkan hasil yang diinginkan.

Rodgers tidak begitu. Semenjak menukangi Liverpool hingga saat ini, walau tersingkir dari semua ajang, ia tetap setia dengan filosofi bermain menyerangnya. Pun saat bertemu dengan Spurs malam tadi, yang notabene memiliki kinerja lebih baik di musim ini.

Patut diingat bahwa Liverpool tersingkir dari Piala FA di tangan Oldham saat menerapkan strategi ultra menyerang 4-2-4. Bahwa ia tidak takut untuk menggunakan cara yang sama lagi, bahkan saat menghadapi Spurs, menujukkan jika Rodgers tidak takut untuk menancapkan pengaruhnya di klub asal Merseyside tersebut.

4-4-1-1 (4-2-4) vs 4-4-1-1

Cederanya Aaron Lennon memaksa Villas-Boas mengganti susunan pemain dari tim yang telah mengalahkan Inter di pertengahan pekan ini. Dembele yang biasa bermain di tengah dipasang di posisi Lennon, sementara Scott Parker berduet dengan Jake Livermore di lini tengah. Bale kembali berperan sebagai playmaker di belakang Defoe, sementara Siggurdson mengisi pos sayap kanan.

Dengan memasang Dembele yang memiliki kemampuan bertahan yang baik, dengan Kyle Warker, Spurs cukup efektif meredam kombinasi Coutinho-Suarez. Total 10 tekel dilakukan Dembele-Warker, jauh lebih signifikan dibanding dengan Assou-Ekotto-Sigurdsson (total 4 tekel) yang bermain di sayap kanan.

Absennya Lennon tidak serta merta mengubah permainan Spurs yang sering menyerang melalui umpan-umpang silang. Total 19 crossing dilakukan oleh Walker, Bale, dan Parker di sisi kanan lapangan dan Assou-Ekoto dan Sigurdsson di sisi kiri. Bahkan, salah satunya berbuah gol pertama Spurs.

Di kubu Liverpool, Rodgers efektif hanya menggunakan Lucas Leiva dan Steven Gerrard untuk berduel dengan lini tengah Spurs. Saat menyerang, acap kali Downing, Sturridge, Suarez, dan Coutinho berada dalam satu garis sehingga tinggal menyisakan Lucas-Gerrard untuk menahan serangan balik Spurs.

Keunggulan formasi menyerang Liverpool ini terletak pada fasihnya keempat pemain tersebut untuk berpindah posisi. Saat Downing bergerak menusuk ke dalam, maka Sturridge bisa menggantikan perannya di sayap kanan. Demikian pula dengan Coutinho yang sering berpindah ke tengah saat Suarez melebar ke sisi kiri lapangan.



Struktur vs Fluidity

Walau sama-sama menggunakan formasi 4-4-1-1, Liverpool dan Spurs memainkannya dengan cara yang berbeda. Villas-Boas lebih menginstruksikan pemainnya untuk menjaga struktur dan bentuk formasi untuk bergerak secara serempak. Sementara Rodgers memainkan sepakbola yang lebih cair, yaitu pemain yang bergerak bertukar posisi dan mencari ruang kosong.

Namun, karena Rodgers lebih menitikberatkan penyerangan, dan meminta empat pemain depannya untuk terus berada di lini pertahanan area lawan, area tengah pun dikuasai oleh Spurs. Baik Lucas maupun Gerrard juga sering terisolir sehingga sulit untuk mengalirkan bola lewat tengah lapangan.

Dengan memainkan Dembele (bukan pemain sayap murni) serta Bale, Spurs juga memiliki keunggulan dalam jumlah orang yang bermain di poros tengah. Karena kalah jumlah pemain di tengah inilah para pemain Liverpool kesulitan untuk mencari ruang kosong untuk menerima umpan. Total hanya 188 kali passing terjadi antarpemain Liverpool, sementara Spurs melakukan 254 passing.

Dengan gaya seperti ini Spurs juga berhasil memaksa Liverpool untuk bermain di area pertahanannya sendiri. Hal ini ditunjukkan dalam grafik area aksi pertandingan semalam di bawah ini.



Babak Pertama

Walau kalah dengan jumlah pemain di tengah, Liverpool bisa mendominasi di 30 menit awal. Dengan intensitas pressing yang tinggi, passing-passing yang cepat (minim drible), serta mengalirkan bola lewat sisi lateral lapangan hingga ke sepertiga lapangan akhir, Liverpool mampu menciptakan berbagai peluang.

Salah satunya berbuah gol Suarez yang berasal dari pergerakan Coutinho dan Jose Enrique yang menyisir sisi kiri lapangan. Umpan terobosan Enrique pada Suarez mampu diselesaikan oleh striker asal Uruguay tersebut dengan sekali sentuhan.

Namun untuk bermain dengan gaya seperti itu memerlukan energi tinggi yang tidak mungkin dipertahankan secara konsisten selama 90 menit. Karena itu, semenjak menit-30-an, secara perlahan Spurs mampu menguasai bola dan permainan dengan cara mengisi ruang kosong sehingga ritme passing Liverpool terganggu.

Spurs pun lalu mampu menyamakan kedudukan melalui Jan Vertonghen yang berasal dari umpan Bale dari sisi kanan lapangan. Proses gol ini mirip saat Spurs mengalahkan Inter 3-0, yaitu melalui umpan silang yang diletakkan di antara pemain belakang, kemudian disambar oleh pemain yang berlari dari arah pemain belakang.

Babak Kedua

Di 15 menit awal babak kedua, kondisi permainan belum berubah untuk Liverpool. Mereka masih kesulitan untuk merangkai passing sehingga acap kali bola direbut oleh pemain tengah Spurs. Vertonghen pun kembali menjebol gawang yang dijaga Brad Jones untuk kedua kalinya setelah ia berhasil mengkonversi tendangan bebas Spurs jadi gol.

Masuknya Joe Allen di menit 59 sedikit mengubah permainan Liverpool. Ia ditempatkan di sepertiga lapangan terakhir sehingga Gerrard dan Lucas bisa berkonsentrasi untuk menjaga lapangan tengah dan berduel dengan Parker dan Livermore. Tugas untuk mengalirkan bola ke areal pertahanan Spurs pun kemudian diambil oleh Allen.

Namun sebenarnya perubahan skema formasi ini tidak membuat permainan berubah secara total. Bola masih lebih sering berada di poros tengah lapangan dan kedua tim pun jarang melakukan percobaan ke arah gawang. Tercatat dari menit ke-59 (Allen masuk) hingga menit ke-66 (gol kedua Liverpool), hanya satu attempts yang tercipta, yaitu saat Dembele menendang dari luar kotak penalti di menit ke-60.

Bahwa Liverpool berhasil mencetak dua gol, untuk kemudian memenangi pertandingan, adalah keberhasilan mereka mengkapitalisasi momen yang menguntungkan untuk mereka. Pertama adalah saat backpass Walter membuat Hugo Lloris tertarik ke luar areanya sehingga Downing bisa merebut bola dan mencetak gol. Yang kedua saat backpass Defoe dapat direbut oleh Suarez sehingga Assou-Ekotto terpaksa melakukan kesalahan berujung penalti untuk mencegahnya.

Man of The Match: Stewart Downing

Sampai terciptanya gol penyama kedudukan oleh Downing, sebenarnya Liverpool tak mampu menguasai pertandingan dan tidak terlihat mampu mencetak gol. Pujian bisa diberikan pada pemain bernomor punggung 19 ini atas ketenangannya mencetak gol kedua. Berkat golnya lah Liverpool mampu kembali pada permainan dan mengimbangi Spurs.

Selain karena golnya, Downing juga berperan besar dalam serangan-serangan Liverpool. Total 3 key-passes ia hasilkan dalam pertandingan ini, termasuk diantaranya satu umpang silang yang nyaris jadi gol lewat sundulan Daniel Sturridge. Demikian pula dalam bertahan. Ia melakukan 3 kali tekel, 3 intersepsi, dan 1 kali clearance untuk menghentikan kombinasi Sigurdsson dan Assou-Ekotto di sayap kanan lapangan.



==

* Penulis: Vetricia Wizach. Akun twitter: @vetriciawizach @panditfootball



(roz/a2s)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar