Kamis, 08 Oktober 2009

Tragedi Heysel

Tragedi Heysel terjadi pada tanggal 29 Mei 1985 di mana pada
saat itu tengah terjadi pertandingan antara Liverpool dan Juventus
di Piala Champions (saat ini Liga Champions). Peristiwa ini
merupakan sejarah buram persepak bolaan Inggris pada tahun
itu, karena saat itu klub-klub Inggris sedang jaya-jayanya. Karena
peristiwa ini pula tim-tim dari Inggris dilarang bermain di tingkat
internasional selama 5 tahun lamanya. Peristiwa ini bermula dari
fans masing-masing klub yang saling mengejek dan melecehkan.
Lalu tiba-tiba sekitar satu jam sebelum kick off kelompok hooligan
Liverpool menerobos pembatas masuk ke wilayah tifosi Juventus.
Tidak terjadi perlawanan karena yang berada di bagian tersebut
bukanlah kelompok Ultras. Pendukung Juventus pun berusaha
menjauh namun kemudian sebuah tragedi terjadi. Dinding
pembatas di sektor tersebut roboh karena tidak kuasa menahan
beban dari orang-orang yang terus beruhasa merangsek dan
melompati pagar. Ratusan orang tertimpa dinding yang
berjatuhan. Akibat peristiwa ini sebanyak 39 orang meninggal
dunia dan 600 lebih lainnya luka-luka.
Meskipun terjadi peristiwa yang mengenaskan dengan jumlah
korban yang begitu besar, panitia memutuskan untuk terus
melanjutkan pertandingan. Kick off dilakukan setelah kapten kedua
kesebelasan meminta penonton untuk tenang. Alasan lain adalah
untuk meredam atmosfer kerusuhan yang mulai menyebar. Tifosi
Ultras Juventus di bagian lain stadion sempat akan melakukan
pembalasan. Mereka mencoba untuk bergerak ke arah pendukung
Liverpool namun berhasil dicegah satuan keamanan. Dengan
dimulainya pertandingan maka suasana bisa mulai dikendalikan.
Pertandingan itu sendiri dimenangi Juventus dengan hasil akhir 1 -
0. Michel Platini mencetak gol semata wayang Juventus dari titik
penalti setelah Zbigniew Boniek dilanggar oleh pemain Liverpool.
Korban
39 suporter sepak bola meninggal dalam peristiwa ini, 32 suporter
Juventus, 4 orang warga negara Belgia, 2 orang Perancis serta
seorang Irlandia.
Rocco Acerra (29)
Bruno Balli (50)
Alfons Bos
Giancarlo Bruschera
(21)
Andrea Casula (11)
Giovanni Casula
(44)
Nino Cerrullo (24)
Willy Chielens
Giuseppina Conti
(17)
Dirk Daenecky
Dionisio Fabbro (51)
Jacques François
Eugenio Gagliano
(35)
Francesco Galli (25)
Giancarlo Gonnelli
(20)
Alberto Guarini (21)
Giovacchino Landini
(50)
Roberto Lorentini
(31)
Barbara Lusci (58)
Loris Messore (28)
Gianni Mastrolaco (20)
Sergio Bastino Mazzino
(38)
Luciano Rocco Papaluca
(38)
Luigi Pidone (31)
Bento Pistolato (50)
Patrick Radcliffe
Domenico Ragazzi (44)
Antonio Ragnanese (29)
Claude Robert
Mario Ronchi (43)
Domenico Russo (28)
Tarcisio Salvi (49)
Gianfranco Sarto (47)
Amedeo Giuseppe
Spolaore (55)
Mario Spanu (41)
Tarcisio Venturin (23)
Jean Michel Walla
Claudio Zavaroni (28)
Konsekuensi
Kepolisian Inggris menyelidiki lebih lanjut dari berbagai sumber.
Film sepanjang 17 menit dan berbagai hasil jepretan kamera
menjadi alat untuk mengungkap kejadian tersebut. TV Eye
menayangkan satu jam penuh perihal Tragedi Heysel, dan foto-
foto pun dipublikasikan melalui media massa. Hanya 27 orang
akhirnya ditahan dengan kasus penganiayaan dan pembunuhan,
sebagian besar mereka berasal dari Merseyside dan memang telah
beberapa kali berurusan dengan hukum karena kerusuhan
sepakbola. 14 orang pendukung Liverpool itu akhirnya dipidana
atas dakwaan tersebut.
Setelah penyelidikan lebih lanjut, pada tanggal 30 Mei 1985 UEFA
melalui penyidik resminya, Gunter Schneider, menyatakan bahwa
kesalahan sepenuhnya ada di pihak Liverpool. Bahkan kemudian,
pada tanggal 31 Mei 1985, Perdana Menteri Inggris Margaret
Thatcher mendesak FA untuk melarang tim-tim Inggris untuk
bermain di Eropa. Dua hari kemudian UEFA secara resmi
memutuskan untuk melarang semua klub sepakbola Inggris untuk
melakukan pertandingan di seluruh Eropa untuk "waktu yang
belum ditentukan". Tanggal 6 Juni putusan itu berubah menjadi
pelarangan bertanding di seluruh dunia, namun seminggu
kemudian diputuskan bahwa pertandingan persahabatan
diperbolehkan. Sanksi ini tidak berlaku untuk Timnas Inggris.
Putusan terakhir adalah pengucilan klub-klub Inggris dari peta
persepakbolaan dunia selama lima tahun, dan tiga tahun
tambahan khusus untuk Lipervool dan akhirnya mendapat
keringanan dengan hanya satu tahun tambahan. Peristiwa Heysel
telah merugikan klub-klub Inggris seperti Manchester United,
Arsenal, Everton, Nottingham Forest, Chelsea, Tottenham
Hotspur, dan lain-lain yang pada rentang waktu tersebut
sebenarnya berhak untuk ikut ambil bagian dalam kompetisi
Eropa.
Hukuman yang begitu berat tersebut adalah sebagai peringatan
bahwa kekerasan dalam sepakbola tidak boleh terjadi kembali.
Suporter asal Inggris memang terkenal akan kebrutalannya.
Makanya dari sanalah muncul istilah "hooliganisme". 10 tahun
sebelum tragedi ini, di final European Cup 1975 fans Leeds United
membuat kerusuhan dengan menyerang suporter Bayern
Muenchen, berikut pemain dan offisial. Masyarakat sepakbola
mengutuk tindakan itu namun UEFA masih memberi keringanan
dengan hanya menghukum dengan larangan bertanding di
kejuaraan Eropa untuk Leeds United selama 4 tahun. Setahun
sebelum Final Piala Champions 1985, sebenarnya hooligan
Lipervool juga sudah bentrok dengan tifosi AS Roma dalam ajang
yang sama. Namun keributan itu tidak sampai mendapat begitu
banyak perhatian.
Peringatan
Sebuah tugu peringatan Tragedi Heysel didirikan dengan biaya
£140,000. Diresmikan tepat 20 tahun setelah kejadian tersebut, 29
Mei 2005. Berbentuk jam matahari, tugu tersebut dihiasi dengan
batu-batuan yang berasal dari Italia dan Belgia. Sebuah puisi
"Funeral Blues" oleh penyair Inggris W. H. Auden melengkapi
simbolisasi kesedihan tiga negara. 39 lampu bersinar untuk setiap
korban Heysel. Tugu peringatan ini didesain oleh seniman Perancis
Patrick Remoux.
Perdelapan final Liga Champions 2005 mempertemukan kedua
tim. The Kop, di Liverpool mengkoordinasikan sebuah koreografi
mosaik bertuliskan "Amicizia" ditujukan kepada para suporter
Juventus yang memadati Anfield. Artinya persahabatan, sebuah
permohonan maaf kepada tifosi Juventus. Sebagian tifosi
menyambutnya, namun tidak sedikit pula yang menolaknya
karena rentang waktu uluran persahabatan tersebut terlalu lama,
20 tahun sejak tragedi Heysel pecah.