Rabu, 16 Desember 2009

Sejarah Liverpool

Liverpool FC lahir pada tahun 1891. Uniknya klub ini lahir karena Everton, klub sepakbola di kota Liverpool, menolak untuk meneruskan sewa stadion Anfield yang sudah mernjadi markas mereka selama 7 tahun. Sewa kontrak yang naik dari 100 pounds/tahun menjadi 250 pounds/tahun menjadi penyebabnya. Everton memutuskan untuk pindah ke markas barunya, Goodison Park. Pemilik stadion Anfield yang bernama John Houlding merasa perlu untuk membentuk sebuah klub sepakbola untuk bermain di stadion Anfield yang kosong sepeninggal Everton. Awalnya klub baru tersebut ingin dinamai ?Everton F.C. and Athletic Grounds, Ltd.? namun nama tersebut ditolak oleh FA karena membuat kerancuan dengan nama tim Everton yang telah ada lebih dahulu. Jadilah klub baru tersebut bernama Liverpool FC.

Era Sebelum 1959

Di musim pertamanya, Liverpool langsung menjuarai Liga Lancashire dan karenanya langsung terpilih masuk menjadi anggota divisi 2 Football League musim 1893-1894. Di kompetisi divisi 2, Liverpool benar-benar tak terkalahkan dan keluar sebagai juara divisi 2 sehingga secara otomatis langsung promosi ke divisi satu (divisi utama). Liverpool baru menjadi juara divisi satu pada musim 1900-1901. Mereka kemudian menjadi juara liga lagi pada musim 1905-1906. Liverpool juga mencapai final pertama piala FA nya tahun 1914 tetapi kalah melawan Burnley 0-1 di final. Musim kompetisi tahun 1921-1922 dan 1922-1923 mereka menjadi juara secara berurutan. Kemudian datanglah masa vakum gelar selama 27 tahun sebelum mereka dapat menjadi juara liga lagi pada musim 1946-1947. Setelah itu Liverpool kembali tenggelam dan bahkan mengalami degradasi pada musim 1953-1954.

Era Bill Shankly


Pada bulan Desember 1959, Liverpool menunjuk bos Huddersfield Town, Bill Shankly, untuk menjadi manager menggantikan Phil Taylor. Shankly sendiri bukanlah seorang manager terkenal pada waktu itu dan sebagian fans dan media meragukan kemampuannya. Shankly justru memulai dengan merevolusi skuad Liverpool besar-besaran, tidak kurang dari 24 pemain dia lepas dan merekrut pemain-pemain baru pilihannya.

Lapangan latihan di Melwood pun tak luput dari perhatiannya dan dirombak menjadi tempat latihan sepakbola kelas satu. Ia juga mengenalkan sistem latihan permainan Five-a-Side atau sepakbola 5 pemain lawan 5 pemain. Idenya adalah membuat permainan menjadi lebih sederhana dan lebih hidup, passing dan bergerak.

Di musim ketiganya atau 1961-1962, Liverpool keluar sebagai juara divisi 2 dan promosi ke divisi utama. Dibawah Shankly Liverpool langsung keluar sebagai juara liga pada musim keduanya di liga utama, musim 1963-1964, atau 17 tahun setelah mereka merasakan gelar liganya yang terakhir. Kemudian setelah itu Liverpool mulai merajai liga, mereka merengkuh lagi gelar juara liga musim 1965-1966 dan piala FA pertama sepanjang sejarah mereka tahun 1965. Total gelar yang diraih Liverpool dibawah Bill Shankly selama tahun 1959-1974 adalah : 3 kali juara liga (1964, 1966, 1973), 2 kali juara piala FA (1965, 1974) dan 1 kali juara piala UEFA (1973). Itu belum termasuk runner-up liga 2 kali, runner-up piala FA 1 kali dan runner up piala Winners Eropa 1 kali. Shankly pensiun setelah Liverpool nya meraih juara piala FA tahun 1974.

Era Bob Paisley


Bob Paisley kemudian dipilih untuk menggantikan Shankly. Paisley, mantan pemain Liverpool and staf kepercayaan Shankly, pada awalnya tidak berminat untuk menjadi manager klub namun setelah dirayu oleh pihak manajemen ia pun akhirnya setuju menangani Liverpool sebagai manager mereka yang baru. Ia merekrut trio Skotlandia, Kenny Dalglish, Graeme Souness dan Alan Hansen, yang kesemuanya nantinya menjadi pemain legendaris Liverpool. Dan di tangan Paisley lah Liverpool menjadi sebuah klub yang sangat luar biasa dan bagai tak terkalahkan di masa itu. Selama 9 tahun kepemimpinannya dari tahun 1974 sampai 1983 Liverpool merengkuh 6 gelar liga (1976, 1977,1979, 1980, 1982, 1983), 3 gelar juara Eropa/Champions (1977, 1978, 1981), 3 gelar juara piala liga berurutan (1981, 1982, 1983), 1 juara piala UEFA dan 1 kali juara piala Super Eropa. Liverpool juga mencapai runner-up liga 2 kali, 1 kali runner up piala FA, 1 kali runner up piala Liga, 1 kali runner up piala Super dan 1 kali runner up piala dunia antar klub.

Joe Fagan


Kemudian setelah Paisley pensiun tahun 1983, ia digantikan oleh asistennya, Joe Fagan. Pergantian manager Liverpool yang berkesinambungan perlu kita kagumi. Dari Shankly yang memberikan jabatannya kepada staf kesayangannya, Paisley, kemudian Paisley pun meneruskannya kepada staf kepercayaannya Joe Fagan. Fagan sendiri saat mulai menangani Liverpool sudah berumur 63 tahun. Di tahun pertamanya Fagan langsung membawa Liverpool kembali tancap gas dan menjadi klub Inggris pertama yang meraih 3 gelar dalam setahun; juara liga, juara piala liga dan juara Champions Eropa.

Tragedi Heysel

Liverpool masuk final piala Champions lagi pada tahun 1985, namun saat itu terjadi tragedi Heysel dimana sebelum pertandingan pendukung Liverpool dan Juventus berkelahi massal. Pendukung Liverpool menerobos pembatas dan menyerbu tempat pendukung Juventus berada. Total korban meninggal adalah 39 orang, sebagian besar merupakan pendukung Juventus. Pemain Liverpool yang sudah shock karena peristiwa itu harus tetap bertanding dan akhirnya kalah 0-1 dari Juventus. Pihak UEFA kemudian memberi hukuman kepada semua klub Inggris untuk tidak boleh bertanding di semua kompetisi resmi Eropa selama 5 tahun dan kepada Liverpool dikenakan hukuman 10 tahun yang kemudian direvisi menjadi 6 tahun untuk Liverpool.

Kenny Dalglish


Tahun 1985 Fagan mundur dan kemudian digantikan oleh Kenny Dalglish sebagai manager-pemain Liverpool pertamanya. Sebagai pemain, Dalglish sampai sekarang diyakini oleh sebagian besar pendukung Liverpool sebagai pemain terbesarnya sepanjang sejarah. Di tangan Dalglish, Liverpool tetap tak berubah untuk selalu haus akan gelar. Selama kepemimpinan 6 tahun King Kenny, Liverpool meraih 3 gelar juara liga (1986, 1988, 1990) dan 2 gelar juara piala FA (1986, 1989). Runner up liga 3 kali dan runner up piala FA 1 kali. Dalglish yang juga bermain di final Champions ?Tragedi Heysel 1985?, mundur setelah shock nya yang kedua, yaitu Bencana Hillsborough.

Peristiwa Bencana Hillsborough di semi final Piala FA antara Liverpool dan Nottingham Forest, terjadi ketika 94 orang meninggal karena terdesak sampai ke pagar kawat pembatas antara penonton dan lapangan stadion Hillborough (Sheffield). Total orang yang cedera juga mencapai 96 jiwa. Sebuah tragedi berdarah yang kemudian membuat pihak FA melarang adanya pagar kawat pembatas lapangan dan penonton sampai sekarang.


1991-2004

Dalglish yang mundur digantikan oleh Graeme Souness. Sebagai pemain, Souness memang merupakan salah satu pemain legenda Liverpool. Namun di tangan pria Skotlandia itu Liverpool kali ini benar-benar tenggelam. Satu satunya gelar yang ia raih sebagai manager adalah juara piala FA tahun 1992. Roy Evans, pelatih tua yang merupakan staf pelatih Liverpool saat itu menggantikannya pada tahun 1994. Prestasi Liverpool mulai membaik namun tidak mampu lebih dari ranking 3 Premiership. Gelar piala liga diraih Evans tahun 1995 dan runner up piala FA tahun 1996. Gerard Houllier, mantan pelatih tim Perancis, ditunjuk untuk bersanding dengan Evans pada tahun 1998. Namun kerja sama ini tidak bertahan lama karena Evans mundur dan Houllier menjadi manager tunggal Liverpool mulai saat itu. Prestasi terbesar Houllier adalah sewaktu Liverpool meraih Treble ( juara piala FA, juara piala liga, juara piala UEFA) pada tahun 2001. Liverpool mencapai runner up liga pada tahun 2002. Saat itu Houllier mulai dilanda penyakit jantung dan akhirnya dia mundur pada tahun 2004.

2005-2007


Rafael Benitez, pelatih Valencia yang sukses membawa klub Spanyol itu juara La liga 2 kali, ditunjuk oleh manajemen Liverpool untuk menangani klub. Di tahun pertamanya, Rafa hanya mampu membawa Liverpool mencapai peringkat ke-5 Premiership. Namun lain ceritanya untuk kompetisi Liga Champions Eropa dimana secara mengejutkan Liverpool bisa keluar sebagai juara Eropa setelah menang adu penalti melawan AC Milan di final. Final yang dramatis karena Liverpool justru tertinggal 0-3 di babak pertama namun bisa menyamakan kedudukan dan menang saat adu penalti digelar. Tahun 2006 Liverpool dibeli oleh dua orang Amerika bernama George Gillet dan Tom Hicks dengan harga yang mencapai 218,9 juta pounds. Benitez membawa Liverpool ke final Champions lagi tahun 2007 dan lagi-lagi melawan AC Milan, namun kali ini Liverpool kalah 1-2 di final.

Catatan Sepakbola

Bila MU Bertemu Liverpool
LY Arifin - detiksport

(AFP/Andrew Yates)

London - Suatu saat sekitar bulan November 1959 Bill Shankly yang menjadi pelatih di Huddersfield didatangi dua petinggi dari Liverpool. Terjadi percakapan yang cuplikannya kira-kira seperti ini:
"Tidakkah Anda berminat menjadi pelatih di klub terbaik Inggris?" tanya salah satu dari kedua petinggi Liverpool itu.
"Mengapa? Apakah Matt Busby mengundurkan diri?’" Shankly balas bertanya.
Kita tahu apa yang ada di benak Shankly, karena Matt Busby sedang berproses menjadi pelatih legendaris Manchester United dan klub itu sedang merajai dunia persepakbolaan Inggris. Sedangkan Liverpool saat itu sudah cukup bergembira duduk di papan tengah divisi dua versi lama Liga Inggris.
Ini sekadar ilustrasi bahwa sebenarnya persaingan paling sengit di antara kedua tim tersebut belumlah terlalu lama. Kalau dihitung sejak Shankly memegang Liverpool tahun 1959, maka persaingan sengit MU dan Liverpool baru berlangsung 50 tahun. Jauh lebih muda dari persaingan sengit antara Liverpool dan Everton yang sudah ada sejak 50 tahun sebelumnya, atau Manchester United dan Manchester City, atau Arsenal dan Tottenham sejak tahun 1930-an, serta Chelsea dan Fulham ataupun Burnley dan Blackburn.
Shankly mengagumi pemain-pemain MU maupun klub itu, tetapi pada saat bersamaan mempunyai tekad membara untuk menggoyang hirarki persepakbolaan Inggris. Membawa Liverpool kembali ke puncak persepakbolaan Inggris. Dialah yang sesungguhnya memantik persaingan sengit antara kedua klub raksasa Inggris ini.
Shankly yang prestasinya biasa-biasa saja sebelum memegang Liverpool, hanya dalam waktu lima tahun membawa Liverpool dari klub papan tengah divisi dua menjadi juara divisi satu menyingkirkan MU maupun -- yang lebih penting lagi sebenarnya -- musuh bebuyutan satu kota sekaligus juara bertahan, Everton. Dua tahun kemudian di tahun 1966 ia mengulangi prestasi itu. Tahun 1965 ia membawa Liverpool menjuarai Piala FA untuk pertama kalinya.
Shankly tidak lagi membawa Liverpool menjadi juara divisi satu hingga tahun 1973. Namun dalam proses kebangkitan Liverpool ia menanamkan rasa percaya diri yang luar biasa bahwa Liverpool tidak kalah besar dengan klub lain. Bahwa bermain untuk Liverpool adalah sebuah kehormatan. Dan andaipun Liverpool tidak menjadi juara, sangat penting untuk mengalahkan mereka yang dianggap terbesar dan tersukses, bagaimanapun caranya, bermain habis-habisan seolah mati hidup tergantung pada pertandingan itu.
Shankly dengan sengaja menjadikan MU sebagai sasaran. Apalagi ketika mereka di tahun 1968 menjadi klub Inggris pertama yang memenangi Piala Champions. Boleh saja MU waktu itu menganggap dirinya klub tersukses, tetapi bertemu Liverpool mereka tahu reputasi itu tak ada artinya. Pertandingan akan berlangsung seperti pertempuran habis-habisan.
Adalah "kehendak" sejarah bahwa di tahun 1970-an MU dan Liverpool bertukar posisi. Ketika revolusi yang diawali oleh Shankly diteruskan Bob Paisley dan kemudian Joe Fagan – dua asisten pelatih Shankly -- membuat Liverpool bukan saja raja Inggris tetapi juga Eropa, nasib MU terpuruk-puruk bahkan sempat terdegradasi ke divisi dua di tahun 1975. Namun perseteruan antara kedua klub sudah terlanjur mapan dan tidak mengendor untuk tidak dikatakan malah makin sengit. Liverpool ganti menjadi klub paling sukses di Inggris tetapi mereka tahu melawan MU adalah persoalan berbeda. MU akan menjadi “Setan Merah” yang sesungguhnya dan Liverpool harus bersiaga tanpa henti.
Sejak pertengahan tahun 60-an itulah pertarungan MU melawan Liverpool menjadi salah satu pertandingan paling sengit dan paling ditunggu publik Inggris, seolah lepas dari konteks keseluruhan kompetisi liga. Kedua klub seperti bertekad, kalaulah tidak menjadi juara maka yang lebih utama bagi MU adalah mengalahkan Liverpool, begitupun sebaliknya.
Kedua klub saling mengukur pencapaian prestasi mereka dari apa yang sudah diraih oleh keduanya. Ingatkah Anda ketika Alex Ferguson untuk pertama kalinya datang ke MU lebih 20 tahun silam? Ketika ditanya wartawan salah satu target utamanya menjadi pelatih di Old Trafford, Ferguson tanpa sungkan menjawab: "Menendang Liverpool dari puncak hirarki sepakbola Inggris."
Seperti Shankly di Liverpool, Ferguson melakukan revolusi di MU. Bedanya, Ferguson bukan sekadar memulai revolusi tetapi juga menjaga revolusi itu untuk tidak padam. Ia masih saja menjadi pelatih hingga kini. Ia memegang janjinya untuk menendang Liverpool dari puncak hirarki sepakbola Inggris. Entah untuk berapa lama lagi.
Kedua klub akan bertemu lagi akhir pekan ini. Kedua pendukung klub akan membawa panji-panji prestasi mereka masing-masing: kami lebih banyak memenangkan Piala Eropa dari kalian, Piala FA kami lebih banyak, prestasi kami lebih bergengsi dan lain sebagainya. Tetapi di hati kecil mereka semuanya tahu, catatan prestasi itu tak lebih dekorasi semata. Yang lebih penting adalah apa yang terjadi selama 90 menit di lapangan.
Pertemuan antara kedua kesebelasan ini ,apapun nama kompetisinya, hanya mempunyai satu konteks: selama 90 menit mana yang lebih hebat, klubmu atau klubku. Peduli amat dengan kompetisi liga, Piala FA, Piala Liga, ataupun Liga Champions. Atau ... ya kami peduli, tapi itu urusan nanti.
==
*) Penulis adalah wartawan detikcom, tinggal di London.
( a2s / arp )