9th June 2013
Berita Terkini
Jurnalis Alex Urquhart-Cannon mengusut akar Jamaika di inti tim Liverpool yang sekarang dan orang yang membuka jalan.
Sebagai
pemain kelahiran Jamaika pertama yang mengenakan seragam Liverpool,
John Barnes membuka jalan bagi tiga bintang di tim utama sekarang untuk
mengikuti jejaknya yang legendaris.
Barnes menikmati karir yang mengesankan bersama The Reds dengan raihan delapan trofi dan mencetak 108 gol dalam 407 penampilannya. Periode tak terlupakan di Merseyside di mana banyak pemain lain akan iri dengan kesuksesannya.
Barnes mengungkapkan bahwa kehidupannya di barak tentara di Up-Park Kingston telah memberinya dasar yang pas untuk tumbuh sebagai pemain yang dia inginkan.
Mantan pemain tim nasional Inggris ini juga menerangkan bahwa kepindahannya ke daerah pantai itu sangat kontras dalam hal iklim, meski itu tak menghentikannya menjadi salah satu pemain sayap terbaik di Inggris.
Barnes mengatakan pada majalah Liverpool FC: "Jamaikan sangat indah bagi anak-anak, terutama untuk anak seperti saya yang suka olahraga. Tempat layaknya sebuah kampung, penuh dengan kolam renang, lapangan squash dan tenis. Tempat yang damai dan aman."
"Saya sesekali bertemu dengan teman-teman lama atau para tentara dari Up-Park yang berkata: 'Barnes, saya ingat ketika kamu bertumbuh, kamu selalu bermain bola'."
Setelah datang di bandara Heathrow yang berhawa lebih dingin di London, Barnes berkata: "Saya tidak pernah melihat salju sebelumnya. Jamaika yang tropis seperti berada di planet yang lain."
Barnes mendapat pencapaian yang mengesankan di Inggris sekaligus memberi harapan pada mereka bisa mengikuti jejaknya.
Tiga pemain Liverpool dengan keturunan Jamaika seperti Raheem Sterling, Daniel Sturridge dan Andre Wisdom memiliki masa depan cerah di Merseyside.
Seperti halnya Barnes, Sterling memang sempat merasakan masa kanak-kanaknya di Jamaika.
Besar di Maverley, area yang berbeda dengan Kingston, pemain sayap ini percaya bahwa sepak bola dengan gaya keras yang dia mainkan bersama rekan-rekannya telah membantunya secara fisik.
"Sepakbola dimainkan di jalanan. Tidak ada pertandingan kompetisi namun itu membantu saya karena anak-anak lain lebih besar dan saya belajar dengan cepat bagaimana menggunakan tubuh saya."
Sterling pindah ke London pada usia tujuh tahun dan dengan cepat membuat kagum ketika dia bergabung dengan akademi QPR. Lalu Liverpool membawanya ke Anfield pada 2010.
Setelah laju cepat menjadi sosok menonjol di barisan cadangan Liverpool, pemain berusia 18 tahun ini membuat debut senior saat melawan Wigan pada 24 Maret 2012 pada usia 17 tahun lebih 107 hari, menegaskan betapa nyamannya transisi dari Jamaika ke Inggris bagi dia.
Berbeda dengan barnes dan Sterling, Sturridge asli dari Inggris. lahir di Birmingham setelah orang tuanya pindah dari Jamaika, striker ini masih menghargai latar belakang keluarganya dan berterimakasih pada upaya mereka bekerja keras untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
"Saya sangat bangga dengan leluhur saya. Saya mencintai negara saya namun itu selalu mengingatkan saya betapa beruntungnya saya." kata Sturridge.
"Anak muda mendengarkan musik atau melihat olahraga seperti sepak bola, kriket dan atletik, dan mereka juga melihat jalan yang buruk, jalan di mana mereka mudah sekali mendapatkan masalah. Generasi muda butuh panutan." lanjut pemain tim nasional Inggris ini.
Seperti halnya Sturridge, Wisdom lahir di Inggris namun memiliki kakek Jamaika.
Datang dari Leeds, pemain berusia 20 tahun ini menampilkan determinasi yang patut dipuji dan membuat debut tak terlupakan dengan mencetak gol di Liga Europa saat melawan Young Boys.
Barnes menikmati karir yang mengesankan bersama The Reds dengan raihan delapan trofi dan mencetak 108 gol dalam 407 penampilannya. Periode tak terlupakan di Merseyside di mana banyak pemain lain akan iri dengan kesuksesannya.
Barnes mengungkapkan bahwa kehidupannya di barak tentara di Up-Park Kingston telah memberinya dasar yang pas untuk tumbuh sebagai pemain yang dia inginkan.
Mantan pemain tim nasional Inggris ini juga menerangkan bahwa kepindahannya ke daerah pantai itu sangat kontras dalam hal iklim, meski itu tak menghentikannya menjadi salah satu pemain sayap terbaik di Inggris.
Barnes mengatakan pada majalah Liverpool FC: "Jamaikan sangat indah bagi anak-anak, terutama untuk anak seperti saya yang suka olahraga. Tempat layaknya sebuah kampung, penuh dengan kolam renang, lapangan squash dan tenis. Tempat yang damai dan aman."
"Saya sesekali bertemu dengan teman-teman lama atau para tentara dari Up-Park yang berkata: 'Barnes, saya ingat ketika kamu bertumbuh, kamu selalu bermain bola'."
Setelah datang di bandara Heathrow yang berhawa lebih dingin di London, Barnes berkata: "Saya tidak pernah melihat salju sebelumnya. Jamaika yang tropis seperti berada di planet yang lain."
Barnes mendapat pencapaian yang mengesankan di Inggris sekaligus memberi harapan pada mereka bisa mengikuti jejaknya.
Tiga pemain Liverpool dengan keturunan Jamaika seperti Raheem Sterling, Daniel Sturridge dan Andre Wisdom memiliki masa depan cerah di Merseyside.
Seperti halnya Barnes, Sterling memang sempat merasakan masa kanak-kanaknya di Jamaika.
Besar di Maverley, area yang berbeda dengan Kingston, pemain sayap ini percaya bahwa sepak bola dengan gaya keras yang dia mainkan bersama rekan-rekannya telah membantunya secara fisik.
"Sepakbola dimainkan di jalanan. Tidak ada pertandingan kompetisi namun itu membantu saya karena anak-anak lain lebih besar dan saya belajar dengan cepat bagaimana menggunakan tubuh saya."
Sterling pindah ke London pada usia tujuh tahun dan dengan cepat membuat kagum ketika dia bergabung dengan akademi QPR. Lalu Liverpool membawanya ke Anfield pada 2010.
Setelah laju cepat menjadi sosok menonjol di barisan cadangan Liverpool, pemain berusia 18 tahun ini membuat debut senior saat melawan Wigan pada 24 Maret 2012 pada usia 17 tahun lebih 107 hari, menegaskan betapa nyamannya transisi dari Jamaika ke Inggris bagi dia.
Berbeda dengan barnes dan Sterling, Sturridge asli dari Inggris. lahir di Birmingham setelah orang tuanya pindah dari Jamaika, striker ini masih menghargai latar belakang keluarganya dan berterimakasih pada upaya mereka bekerja keras untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
"Saya sangat bangga dengan leluhur saya. Saya mencintai negara saya namun itu selalu mengingatkan saya betapa beruntungnya saya." kata Sturridge.
"Anak muda mendengarkan musik atau melihat olahraga seperti sepak bola, kriket dan atletik, dan mereka juga melihat jalan yang buruk, jalan di mana mereka mudah sekali mendapatkan masalah. Generasi muda butuh panutan." lanjut pemain tim nasional Inggris ini.
Seperti halnya Sturridge, Wisdom lahir di Inggris namun memiliki kakek Jamaika.
Datang dari Leeds, pemain berusia 20 tahun ini menampilkan determinasi yang patut dipuji dan membuat debut tak terlupakan dengan mencetak gol di Liga Europa saat melawan Young Boys.
Sudahkah Anda memiliki
tiket pertandingan Indonesia XI vs Liverpool FC? Klik di sini untuk
memesan tiket sekarang > > > www.MyTicket.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar