Jumat, 30 Mei 2014

Curhat Torres, Beda di Anfield dan Stamford Bridge


Femidiah - detiksport

London - Fernando Torres
menyimpan ekspektasi tinggi saat
meninggalkan Liverpool dan
bergabung dengan Chelsea. Namun,
sudah menyakiti Steven Gerard,
penampilannya bersama Chelsea juga
tak maksimal.
Torres diikat Chelsea dengan nilai
transfer 50 juta poundsterling pada
transfer musim dingin 2011. Uang
penjualan dirinya kemudian dipakai
Liverpool untuk membeli Andy Carrol
dari Newcastle dengan nilai 35 juta
poundsterling.
Namun penampilan Torres bersama
The Blues tak pernah gemilang. Dia
hanya membuat 20 gol dalam 110
pertandingan. Produktivitas itu jauh di
bawah ketika ia membelaThe Reds:
yaitu 81 gol dari 142 pertandingan.
"Suatu hari, Steven Gerard
mendatangi saya dan bilang,
'Fernando, sekarang, kamu harus
memikirkan dirimu. Lakukan apa
yang harus kamu lakukan'," kata
Torres kepada majalah terbitan
Prancis So Foot dan dikutip Daily
Mail.
"Tapi ketika saya mengatakan
kepadanya kalau saya menerima
tawaran Chelsea, itu menghancurkan
dia. Menyampaikan kepergian saya
dari Liverpool kepada Gerrard
menjadi momen terberat dalam karier
saya.
"Dia rekan terbaik dalam satu tim
dan saya tak yakin bisa menemukan
orang seperti dia di masa datang.
Kami saling berkontribusi satu sama
lain," ucap penyerang 30 tahun itu.
Tapi ada pertimbangan lebih besar
yang membuat Torres bersikukuh
meninggalkan Anfield. Torres ingin
mencicipi turnamen lebih besar yang
dirasa akan sulit didapatkan jika dia
tetap bersama Liverpool.
"Di Liverpool saya hampir
mendapatkan semuanya, kecuali titel
juara. Makanya saya seperti seorang
raja dengan tim yang terjun bebas.
"Kemudian direktur melego (Javier)
Mascherano ke Barca, kemudian
Xabi Alonso ke Real Madrid tanpa
menginvestasikan uang sebagai
kompensasi untuk mendatangkan
dua pemain kunci.
"Waktu itu usia saya 27 tahun, saya
ingin tahu bagaimana rasanya tampil
di Liga Champions dan perasaan
saya bilang kalau saya tak akan
mendapatkan itu jika tetap di
Liverpool.
Ironisnya, meskipun Torres bisa
merealisasikan mimpi itu bersama
Chelsea, tapi tidak benar-benar
sempurna. Dia menjalani kariernya
bersama "Si Biru" dengan keluar-
masuk tim, atau bukan sebagai
starter reguler, baik saat di bawah
manajer Carlo Ancelotti, Andre Villas-
Boas, Roberto Di Matteo, dan juga
Jose Mourinho.
"Tapi kondisinya tetap sama. Saya
tampil di satu pertandingan tapi tidak
di laga berikutnya," lirihnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar