Kamis, 08 Mei 2014

Liverpool Menunggu City Alami Kepahitan Seperti Mereka di 1989

Mohammad Resha Pratama - detiksport

Liverpool - Tanggal 26 Mei 1989
mungkin merupakan sebuah hari yang
paling ingin dilupakan Liverpool dan
para pendukungnya. Mereka
berharap, akhir pekan ini Manchester
City merasakan hal serupa.
Di hari itu Liga Inggris yang masih
berformat Divisi Satu memasuki pekan
ke-38. Di pekan pamungkas itu,
hanya dua tim yang berpeluang
menjadi juara, yaitu Liverpool dan
Arsenal.
Sebelum kickoff, Liverpool ada di
puncak klasemen dengan 76 poin, dan
unggul tiga angka dari Arsenal di
peringkat kedua. Selain itu,
perbedaan mereka adalah selisih gol:
The Reds punya +39, sedangkan The
Gunners + 35.
Tahukah Anda, kedua tim tersebut
justru berduel di hari penentuan
tersebut. Benar-benar sebuah final!
Liverpool sedikit di atas angin
karena bertindak sebagai tuan
rumah.
Saat itu publik Inggris menjagokan
Liverpool untuk jadi juara mengingat
mereka begitu digdaya musim itu.
Apalagi sepekan sebelumnya mereka
baru saja menjadi juara Piala FA.
Ian Rush dkk lebih difavoritkan
karena hanya dengan hasil imbang
mereka sudah bisa membuat Arsenal
menangis di Anfield. Bahkan,
kekalahan tak lebih dari satu gol pun
sudah cukup mengantarkan Liverpool
meraih gelar juara.
Hasrat meraih dobel gelar kedua
dalam sejarah klub tersebut kian
memacu semangat Liverpool yang di
awal tahun itu, sempat tertinggal
dari Arsenal sampai 15 poin.
Arsenal sendiri menurun performanya
sejak awal tahun. Mereka kehilangan
tampuk klasemen setelah kalah dari
Derby County dan Wimbledon di
pekan-pekan terakhir, sementara
Liverpool menang atas QPR dan West
Ham.
Pertandingan "final" disaksikan oleh
41.783 penonton, yang tentu saja
sebagian besar fans Liverpool. Dan
sampai babak pertama selesai,
skenario Liverpool masih berjalan
baik, karena skor tetap 0-0.
Di menit 52, tibalah "sesuatu yang
besar" itu. Alan Smith merobek
gawang Bruce Grobbelaar. Liverpool
tertinggal 0-1, dan seketika
terancam batal jadi juara (di
kandangnya sendiri).
Menit demi menit
berlalu,
pendukung
Liverpool gelisah
bukan main. Tapi
Dewi Fortuna
benar-benar
tidak memihak
mereka. Di menit-menit terakhir
Arsenal malah mencetak gol lagi
melalui Michael Thomas. Skor
berakhir 2-0, dan Liverpool mesti
menelan pil yang sangat pahit,
sepahit-pahitnya.
Arsenal menyalip Liverpool di
pengujung musim, dan berhak
merengkuh trofi juara. Makin sial
buat Liverpool, mereka hanya kalah
produktivitas gol. Meski sama-sama
mengoleksi 76 poin, tapi Arsenal
mencetak total 73 gol, sedangkan
Liverpool hanya 65.
Kekalahan superdramatis itu kian
menambah duka bagi Liverpool yang
sebulan sebelumnya dihantam oleh
Tragedi Hillsborough, yang
menewaskan 96 pendukungnya.
Di pengujung musim ini Liverpool
dalam posisi tertinggal dari City
dalam perebutan gelar juara. Hanya
kekalahan City yang bisa memberikan
jalan bagi Steven Gerrard dkk.
menjadi juara. Itu pun dengan syarat
Liverpool juga bisa menaklukkan
Newcastle United. Sebabnya, untuk
beradu selisih gol pun Liverpool sudah
pasti kalah dari City.
"Ini belum selesai sampai semuanya
benar-benar selesai. Kadang ketika
Anda hanya butuh imbang dan bukan
kemenangan di pekan terakhir, itu
bisa berbahaya," ujar legenda
Liverpool, Ian Rush, yang ada di
lapangan ketika timnya diremukkan
Arsenal di musim 1989 itu.
"Jika kami memang harus
mengalahkan Arsenal di pekan
terakhir di musim 1989, maka
mungkin kami akan jadi juara. Hal
yang sama akan terjadi pada Man
City di hari Minggu nanti,"
sambungnya seperti dikutip Liverpool
Echo.
"Tapi yang terpenting adalah
Liverpool harus mengalahkan
Newcastle. Jika City memenangi
laga, tidak apa-apa juga. Tapi jika
mereka tidak menang dan Liverpool
juga gagal menang, maka ini benar-
benar buruk."
"Satu-satunya yang harus Liverpool
pikirkan adalah mendapatkan tiga
poin dan menuntaskan musim dengan
84 poin. Hal-hal aneh sudah pernah
terjadi dan Arsenal memanfaatkan
kesalahan kami."
City melakoni laga pamungkasnya
melawan West Ham di Etihad Stadium.
Rush mungkin berharap, The Citizens
bernasib seperti dirinya dan Liverpool
di mei 1989 itu – kalah di kandang
sendiri, dan tiba-tiba batal jadi
juara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar